M A K A
L A
S
O S I
O L O
G I
TENTANG
PERILAKU MENYIMPANG DAN
SIKAP ANTI SOSIAL
Guru Pembimbing :
Nila Rahmawati, S. Pd
Di Susun
Oleh : Kelompok II Kelas I
ATUN
MADRASAH
ALIYAH RAUDHATUL ULUM
KOWO SAPE
TAHUN PELAJARAN
2013 / 2014
KATA PENGATAR
بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم
Dengan rahmad Tuhan. yang maha kuasa kita dapat berdiri, bernafas, serta menghirup udara segar. Sudah sepatutnya kita mensyukuri segala nikmat-Nya tersebut dengan menjalankan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya.
Kemudian dari pada itu, dengan datangnya makalah ini kita dituntun untuk dapat mempelajari sehingga dapat mengetahui apa saja informasi yang terdapat di dalam makalah ini.
Dengan mempelajari makalah yang membahas ilmu yang seang berkembang saat ini kita ini, kita dapat menguak informasi tentang definisi PERILAKU MENYIMPANG, dan SIKAP ANTI-SOSIAL, sehingga kita dapat lebih mengetahui definisi yang benar, dan dapat mencegah maupun mengatasi prilaku tersebut.
Akhir kata, penyusun berharap dengan datangnya makalah ini dapat menambah kreatifitas kita sebagai pelajar khususnya dalam pelejaran sosiologi, terutama dalam menghadapi masalah dalam masyarakat seperti prilaku menyimpang. Sekian terima kasih………
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................. iii
BAB I: PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG.................................................................. 1
B. RUMUSAN PEMBAHASAN...................................................... 1
C.TUJUAN........................................................................................1
BAB II: PEMBAHASA
A.
PERILAKU MENYIMPANG.....................................................2
B.
SIKAP ANTI SOSIAL...............................................................6
BAB III: PENUTUP
A. KESIMPULAN........................................................................ 9
B.
SARAN.....................................................................................9
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sosiologi banyak memberikan pengetahuan tentang
cara-cara berprilaku seseorang dalam masyarakat sesuai dengan norma dan
nilai yang ada di masyarakat tersebut. Dengan ilmu sosiologi diharapkan
seseorang memiliki pengetahuan yang lebih lengkap tentang bagaimana harus
berprilaku dalam melakukan penyesuaian diri di masyarakat. Obyek kajian
sosiologi adalah masyarakat yang dilihat dari sudut hubungan antarmanusia dan
proses yang timbul dari hubungan manusia di dalam masyarakat. Kajian ini akan
memberikan pengetahuan tambahan bagi siapapun yang mempelajarinya untuk
melengkapi pengetahuan-pengetahuan dalam praktik pergaulan di dalam masyarakat,
dan juga mengenai perilaku yang menyimpang didalam lingkungan. Oleh karena itu
makalah ini akan membahas ilmu sosiologi mengenai tidakan perilaku menyimpang dan sikap anti
sosial.
B. RUMUSAN PEMBAHASAN
1. Apa yang dimaksud dengan perilaku menyimpang dan sikap anti sosial?
2. Apa ciri dan penyebab perilaku menyimpang dan sikap anti sosial?
3. Bagai mana dampak perilaku menyimpang dan sikap anti sosial?
C. TUJUAN
Ada pun tujuan kami dalam makalah ini agar kelak kehidupan dimasyarakat
dapat terkontrol dengan baik dan jauh dari perilaku menyimpang dan anti sosial.
BAB. II
PEMBAHASAN
A. PRILAKU MENYIMPANG
1. Definisi Perilaku Menyimpang
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia perilaku menyimpang diartikan sebagai tingkah laku, perbuatan, atau tanggapan seseorang terhadap lingkungan yang bertentangan dengan norma-norma dan hukum yang ada di dalam masyarakat.
Dalam kehidupan masyarakat, semua tindakan manusia dibatasi oleh aturan (norma) untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan sesuatu yang dianggap baik oleh masyarakat. Namun demikian di tengah kehidupan masyarakat kadang-kadang masih kita jumpai tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan aturan (norma) yang berlaku pada masyarakat, misalnya seorang siswa menyontek pada saat ulangan, berbohong, mencuri, dan mengganggu siswa lain.
1. Definisi Perilaku Menyimpang
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia perilaku menyimpang diartikan sebagai tingkah laku, perbuatan, atau tanggapan seseorang terhadap lingkungan yang bertentangan dengan norma-norma dan hukum yang ada di dalam masyarakat.
Dalam kehidupan masyarakat, semua tindakan manusia dibatasi oleh aturan (norma) untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan sesuatu yang dianggap baik oleh masyarakat. Namun demikian di tengah kehidupan masyarakat kadang-kadang masih kita jumpai tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan aturan (norma) yang berlaku pada masyarakat, misalnya seorang siswa menyontek pada saat ulangan, berbohong, mencuri, dan mengganggu siswa lain.
Berikut ini beberapa definisi dari perilaku menyimpang yang dijelaskan oleh beberapa ahli sosiologi :
1. Menurut James Worker Van der Zaden. Penyimpangan sosial adalah
perilaku
yang oleh sejumlah besar orang dianggap sebagai hal yang
tercela
dan di luar batas toleransi.
2. Menurut Robert Muhamad Zaenal Lawang. Penyimpangan sosial adalah
2. Menurut Robert Muhamad Zaenal Lawang. Penyimpangan sosial adalah
semua
tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku
dalam
masyarakat dan menimbulkan usaha dari yang berwenang dalam
sistem
itu untuk memperbaiki perilaku menyimpang tersebut.
3. Menurut Paul Band Horton. Penyimpangan sosial adalah setiap perilaku
3. Menurut Paul Band Horton. Penyimpangan sosial adalah setiap perilaku
yang
dinyatakan sebagai pelanggaran terhadap norma-norma kelompok
atau
masyarakat.
Penyimpangan terhadap norma-norma atau nilai-nilai masyarakat disebut deviasi (deviation), sedangkan pelaku atau individu yang melakukan penyimpangan disebut devian (deviant). Kebalikan dari perilaku menyimpang adalah perilaku yang tidak menyimpang yang sering disebut dengan konformitas. Konformitas adalah bentuk interaksi sosial yang di dalamnya seseorang berperilaku sesuai dengan harapan kelompok.
2. Ciri-ciri Perilaku Menyimpang
Menurut Paul B. Horton perilaku menyimpang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Penyimpangan harus dapat didefinisikan. Perilaku dikatakan
Penyimpangan terhadap norma-norma atau nilai-nilai masyarakat disebut deviasi (deviation), sedangkan pelaku atau individu yang melakukan penyimpangan disebut devian (deviant). Kebalikan dari perilaku menyimpang adalah perilaku yang tidak menyimpang yang sering disebut dengan konformitas. Konformitas adalah bentuk interaksi sosial yang di dalamnya seseorang berperilaku sesuai dengan harapan kelompok.
2. Ciri-ciri Perilaku Menyimpang
Menurut Paul B. Horton perilaku menyimpang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Penyimpangan harus dapat didefinisikan. Perilaku dikatakan
menyimpang
atau tidak harus bisa dinilai berdasarkan kriteria tertentu
dan
diketahui penyebabnya.
b. Penyimpangan bisa diterima bisa juga ditolak. Perilaku menyimpang
b. Penyimpangan bisa diterima bisa juga ditolak. Perilaku menyimpang
tidak
selamanya negatif, ada kalanya penyimpangan bisa diterima
masyarakat,
misalnya wanita karier. Adapun pembunuhan dan
perampokan
merupakan penyimpangan sosial yang ditolak masyarakat.
c. Penyimpangan relatif dan penyimpangan mutlak. Semua orang pernah
c. Penyimpangan relatif dan penyimpangan mutlak. Semua orang pernah
melakukan
perilaku menyimpang, akan tetapi pada batas-batas tertentu
yang
bersifat relatif untuk semua orang. Dikatakan relatif karena
perbedaannya
hanya pada frekuensi dan kadar penyimpangan
d. Penyimpangan terhadap budaya nyata ataukah budaya ideal. Budaya
d. Penyimpangan terhadap budaya nyata ataukah budaya ideal. Budaya
ideal
adalah segenap peraturan hukum yang berlaku dalam suatu
kelompok
masyarakat.
e. Terdapat norma-norma penghindaran dalam penyimpangan. Norma
e. Terdapat norma-norma penghindaran dalam penyimpangan. Norma
penghindaran
adalah pola perbuatan yang dilakukan orang untuk
memenuhi
keinginan mereka, tanpa harus menentang nilai-nilai tata
kelakukan
secara terbuka.
f. Penyimpangan sosial bersifat adaptif (menyesuaikan). Penyimpangan sosial tidak selamanya menjadi ancaman karena kadang-kadang dapat dianggap sebagai alat pemikiran stabilitas sosial.
f. Penyimpangan sosial bersifat adaptif (menyesuaikan). Penyimpangan sosial tidak selamanya menjadi ancaman karena kadang-kadang dapat dianggap sebagai alat pemikiran stabilitas sosial.
3. Penyebab Terjadinya Perilaku Menyimpang
Menurut Wilnes dalam bukunya Punishment and Reformation sebab-sebab penyimpangan/kejahatan dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut :
a. Faktor subjektif adalah faktor yang berasal dari seseorang itu sendiri
Menurut Wilnes dalam bukunya Punishment and Reformation sebab-sebab penyimpangan/kejahatan dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut :
a. Faktor subjektif adalah faktor yang berasal dari seseorang itu sendiri
(sifat pembawaan yang
dibawa sejak lahir).
b. Faktor objektif adalah faktor yang berasal dari luar (lingkungan).
b. Faktor objektif adalah faktor yang berasal dari luar (lingkungan).
Misalnya
keadaan rumah tangga, seperti hubungan antara orang tua dan
anak
yang tidak serasi.
Untuk lebih jelasnya, berikut diuraikan beberapa penyebab terjadinya penyimpangan seorang individu (faktor objektif), yaitu
1. Ketidaksanggupan menyerap norma-norma kebudayaan. Seseorang
yang tidak sanggup menyerap norma-norma kebudayaan ke
dalam
kepribadiannya, ia tidak dapat membedakan hal yang pantas
dan tidak
pantas. Keadaan itu terjadi akibat dari proses
sosialisasi yang tidak
sempurna, misalnya karena seseorang tumbuh dalam keluarga yang
retak
(broken home)
2. Proses belajar yang menyimpang. Seseorang yang melakukan tindakan
2. Proses belajar yang menyimpang. Seseorang yang melakukan tindakan
menyimpang karena seringnya membaca atau melihat
tayangan tentang
perilaku menyimpang. Hal itu merupakan bentuk
perilaku menyimpang
yang disebabkan karena proses belajar yang
menyimpang.
3. Ketegangan antara kebudayaan dan struktur sosial. Terjadinya
3. Ketegangan antara kebudayaan dan struktur sosial. Terjadinya
ketegangan antara kebudayaan dan struktur sosial
dapat mengakibatkan
perilaku yang menyimpang. Hal itu terjadi jika
dalam upaya mencapai
suatu tujuan seseorang tidak memperoleh peluang,
sehingga ia
mengupayakan peluang itu sendiri, maka terjadilah
perilaku
menyimpang
.
4. Ikatan sosial yang berlainan. Setiap orang umumnya berhubungan
4. Ikatan sosial yang berlainan. Setiap orang umumnya berhubungan
dengan
beberapa kelompok. Jika pergaulan itu mempunyai pola-pola
perilaku
yang menyimpang, maka kemungkinan ia juga akan
mencontoh
pola-pola perilaku menyimpang.
5. Akibat proses sosialisasi nilai-nilai sub-kebudayaan yang menyimpang.
5. Akibat proses sosialisasi nilai-nilai sub-kebudayaan yang menyimpang.
Seringnya
media massa menampilkan berita atau tayangan tentang
tindak
kejahatan (perilaku menyimpang) menyebabkan anak secara
tidak
sengaja menganggap bahwa perilaku menyimpang tersebut
sesuatu
yang wajar.
4. Bentuk-Bentuk Perilaku Menyimpang
Bentuk-bentuk perilaku menyimpang dapat dibedakan menjadi dua, sebagai berikut.
4. Bentuk-Bentuk Perilaku Menyimpang
Bentuk-bentuk perilaku menyimpang dapat dibedakan menjadi dua, sebagai berikut.
• Bentuk penyimpangan berdasarkan sifatnya dibedakan menjadi dua,
yaitu sebagai berikut.
1. Penyimpangan bersifat positif. Penyimpangan bersifat positif adalah
1. Penyimpangan bersifat positif. Penyimpangan bersifat positif adalah
penyimpangan
yang mempunyai dampak positif ter-hadap sistem
sosial
karena mengandung unsur-unsur inovatif, kreatif, dan
memperkaya wawasan
seseorang.
2. Penyimpangan bersifat negatif. Penyimpangan bersifat negatif adalah
2. Penyimpangan bersifat negatif. Penyimpangan bersifat negatif adalah
penyimpangan
yang bertindak ke arah nilai-nilai sosial yang dianggap
rendah
dan selalu mengakibatkan hal yang buruk
a. Penyimpangan primer (primary deviation). Penyimpangan
primer
adalah penyimpangan yang dilakukan seseorang yang
hanya
bersifat temporer dan tidak berulang-ulang.
b. Penyimpangan sekunder (secondary deviation). Penyimpangan
sekunder adalah perilaku menyimpang yang nyata dan
seringkali
terjadi, sehingga berakibat cukup parah serta
menganggu orang
lain.
B. SIKAP ANTI SOSIAL
1.Definisi sikap anti sosial
Anti-sosial adalah sikap yang sama sekali tidak fleksibel, dan setiap sikap anti-sosial menunjukkan ketidakmampuan untuk beradaptasi. Banyak contoh sikap yang mirip anti-sosial berkembang dengan maraknya. Di jalan raya, kemacetan terjadi di mana-mana. Penyebabnya tidak secara keseluruhan diakibatkan oleh jumlah kendaraan yang tak seimbang dengan panjang jalan, namun kemacetan yang terjadi lebih dikarenakan motivasi agresi manusianya yang tidak dapat dikendalikan.
2. Kepribadian anti sosial
Satu hal yang bersifat para doksal dalam psikopatologi adalah bahwa beberapa orang yang mengalami sikap anti sosial secara intelektual adalah normal namun disegi lain memiliki kepribadian yang abnormal. Lama, kondisi paradoks ini sulit dijelaskan. Hal tersebut diterima tanpa adanya pertanyaan selain cukup dipahami bahwa adanya disintegrasi dari penyebab dan intelektual yang menghasilkan gangguan mental.
Berdasarkan telaahan yang tersebut di atas, kepribadian antisosial setidaknya menunjukan 5 ciri kepribadian, yaitu :
1. Ketidakmampuan belajar atau mengambil manfaat dari
pengalaman.
2. Emosi bersifat
superficial, tidak alami.
3. Irresponsibility/tidak bertanggungjawab.
4. Tidak memiliki hati nurani, tegaan.
5. Impulsiveness.
3. Irresponsibility/tidak bertanggungjawab.
4. Tidak memiliki hati nurani, tegaan.
5. Impulsiveness.
Lebih jauh kepribadian antisosial seharusnya tidak dikaitkan dengan kategori diagnostik seperti retardasi mental, gangguan otak, psikosis, atao situasi maladjustment lainnya (Ziskind, 1973). Artinya saat kepribadian antisosial dijelaskan dalam istilah psikologis seperti itu, maka diagnosa tentang antisosial hanya dapat dilakukan bila kondisi-kondisi lain yang menyertai salah satu diagnostik tadi muncul didalamnya.
Pada dasarnya seorang yang memiliki kepribadian antisosial tidak mampu untuk bersikap hangat dan membina relasi interpersonal yang baik.. Pada saat pendapat atau sikap orang yang antisosial tidak diterima mereka dapat menjadi berbahaya dan mungkin akan melakukan kekerasan. Karena mereka tidak memiliki nurani, mereka mampu berperilaku ekstrim seperti agresif, brutal, atau tingkah laku lain yang menyakiti.
3.Pengaruh Media Dalam Sikap Anti Sosial
Pada tahun 2005, majalah Playboy edisi Indonesia mulai terbit. Penerbitan majalah hiburan laki-laki ini mengakibatkan protes di kalangan tertentu masyarakat Indonesia. Banyak edisi majalah hiburan pria Indonesia seperti FHM, Popular, Lipstik terbit di Indonesia. Pernah marak juga di televisi (hampir semua televisi Indonesia menyiarkan program acara berbau “hantu”)
Kasus-kasus tersebut diatas sering digunakan untuk menuduh media menggunakan kekuatanya untuk mempengaruhi tingkah laku anti-sosial para pembaca dan penonton. Hal ini dapat memicu penonton untuk mengkritik dan menimbulkan kemarahan terhadap media.
4. Media dan tanggung jawab moral
Karena media sangat tinggi jangkauannya dan sangat berpengaruh, untuk itu memakan waktu antara masyarakat dan posisi moral. Secara luas ada 3 kategori mengenai media dan tingkah laku anti social antara lain :
1. Sikap anti sosial para praktisi yang berhubungan dalam kewajiban para
professional.
2. Tugas media hanya sebagai pelengkap terhadap tingkah laku anti sosial
3. Konflik yang terjadi antara tanggung jawab professional dan tingkah
2. Tugas media hanya sebagai pelengkap terhadap tingkah laku anti sosial
3. Konflik yang terjadi antara tanggung jawab professional dan tingkah
laku
anti sosial dalam kehidupan pribadi para praktisi media.
5. Sikap anti-sosial dan kewajiban media
5. Sikap anti-sosial dan kewajiban media
Praktisi media adalah sebagai penjaga dan jembatan antara media dan publik, untuk alasan tersebut mereka menghindari perintah untuk menyiarkan perilaku anti sosial di media. Bagaimana pun juga keadaan ini merupakan suatu kelemahan bagi para praktisi media terhadap moral dan hukum. Meskipun masih ada sedikit keraguan yang diharapkan , terkadang para audience mengirimkan pesan yang salah mengenai sikap anti sosial tersebut. Pertama-tama , kekerasan hukum menjadi bagian dalam tugas seorang reporter. Apabila seorang wartawan mencerminkan publik, seharusnya mereka lebih memperhatikan keinginan publiknya. Selain itu, apabila para pelaku kekerasan beranggapan bahwa hal itu adalah biasa, hal itu akan merusak tatanan hukum yang ada.
BABA III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari makalah ini
adalah sebagai berikut:
Perilaku
menyimpang adalah perilaku yang tidak sesuai dengan norma-norma dan
nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Perilaku menyimpang dapat terjadi
pada manusia muda, dewasa, atau tua baik laki-laki maupun perempuan. Perilaku
menyimpang ini tidak mengenal pangkat atau jabatan dan tidak juga tidak
mengenal waktu dan tempat.
Anti-sosial
adalah sikap yang sama sekali tidak fleksibel, dan setiap sikap anti-sosial
menunjukkan ketidakmampuan untuk beradaptasi. Banyak contoh sikap yang mirip
anti-sosial berkembang dengan maraknya. Di jalan raya, kemacetan terjadi di
mana-mana. Penyebabnya tidak secara keseluruhan diakibatkan oleh jumlah
kendaraan yang tak seimbang dengan panjang jalan, namun kemacetan yang terjadi
lebih dikarenakan motivasi agresi manusianya yang tidak dapat dikendalikan.
B. SARAN
Ada pun saran dari kami
melalui makalah ini ialah:
Sebagai masyarakat yang hidup dikelilingi oleh hukum hendaknya kita lebih
bisa bersadar diri tentang tindakan kita sehari-hari agar yang kita lakukan
tidak berdampak buruk bagi lingkungan yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
SUMBER BUKU :
Muin, Idianto. 2006.
Sosiologi SMA/MA Untuk Kelas X. Jakarta. Erlangga
Hamid
Hasan, Said, Dkk. 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya Dan Karakter Bangsa.
Jakarta. Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum Kementrian
Pendidikan Nasional.
Maryati,
Kun dan Juju Suryawati.2007. Sosiologi 1 untuk SMA dan MA Kelas X. Jakarta.
Exis
SUMBER INTERNET:
detakzaman.blogspot.com/2011/08/bab-v-perilaku-menyimpang-dan_24.html