Jumat, 02 Mei 2014

M   A    K   A    L    A

S     O    S     I    O     L    O    G     I

TENTANG

PERILAKU MENYIMPANG DAN SIKAP ANTI SOSIAL

Guru Pembimbing :  Nila Rahmawati, S. Pd




Di  Susun  Oleh :  Kelompok  II   Kelas I

                                                                             ATUN      

MADRASAH  ALIYAH  RAUDHATUL ULUM
KOWO  SAPE
TAHUN  PELAJARAN 2013 / 2014



KATA PENGATAR

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم



            Dengan rahmad Tuhan. yang maha kuasa kita dapat berdiri, bernafas, serta menghirup udara segar. Sudah sepatutnya kita mensyukuri segala nikmat-Nya tersebut dengan menjalankan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya.

            Kemudian dari pada itu, dengan datangnya makalah ini kita dituntun untuk dapat mempelajari sehingga dapat mengetahui apa saja informasi yang terdapat di dalam makalah ini.

            Dengan mempelajari makalah yang membahas ilmu yang seang berkembang saat ini kita ini, kita dapat menguak informasi tentang definisi PERILAKU MENYIMPANG, dan SIKAP ANTI-SOSIAL, sehingga kita dapat lebih mengetahui definisi yang benar, dan dapat mencegah maupun mengatasi prilaku tersebut.

            Akhir kata, penyusun berharap dengan datangnya makalah ini dapat menambah kreatifitas kita sebagai pelajar khususnya dalam pelejaran sosiologi, terutama dalam menghadapi masalah dalam masyarakat seperti prilaku menyimpang. Sekian terima kasih………




Penyusun



DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................. iii

BAB I: PENDAHULUAN
            A. LATAR BELAKANG.................................................................. 1
            B. RUMUSAN PEMBAHASAN...................................................... 1
            C.TUJUAN........................................................................................1

BAB II: PEMBAHASA
              A. PERILAKU MENYIMPANG.....................................................2
              B. SIKAP  ANTI SOSIAL...............................................................6

BAB III: PENUTUP
A.    KESIMPULAN........................................................................ 9
               B.  SARAN.....................................................................................9

BAB I
PENDAHULUAN

 A.
    LATAR BELAKANG

Sosiologi banyak memberikan pengetahuan tentang cara-cara berprilaku seseorang dalam masyarakat  sesuai dengan norma dan nilai yang ada di masyarakat tersebut. Dengan ilmu sosiologi diharapkan seseorang memiliki pengetahuan yang lebih lengkap tentang bagaimana harus berprilaku dalam melakukan penyesuaian diri di masyarakat. Obyek kajian sosiologi adalah masyarakat yang dilihat dari sudut hubungan antarmanusia dan proses yang timbul dari hubungan manusia di dalam masyarakat. Kajian ini akan memberikan pengetahuan tambahan bagi siapapun yang mempelajarinya untuk melengkapi pengetahuan-pengetahuan dalam praktik pergaulan di dalam masyarakat, dan juga mengenai perilaku yang menyimpang didalam lingkungan. Oleh karena itu makalah ini akan membahas ilmu sosiologi mengenai tidakan perilaku menyimpang dan sikap anti sosial.

B.     RUMUSAN  PEMBAHASAN

1.      Apa yang dimaksud dengan perilaku menyimpang dan sikap anti sosial?
2.      Apa ciri dan penyebab perilaku menyimpang dan sikap anti sosial?
3.      Bagai mana dampak perilaku menyimpang dan sikap anti sosial?

C.    TUJUAN
Ada pun tujuan kami dalam makalah ini agar kelak kehidupan dimasyarakat dapat terkontrol dengan baik dan jauh dari perilaku menyimpang dan anti sosial.




BAB. II
PEMBAHASAN

A. PRILAKU MENYIMPANG

1. Definisi Perilaku Menyimpang
            Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia perilaku menyimpang diartikan sebagai tingkah laku, perbuatan, atau tanggapan seseorang terhadap lingkungan yang bertentangan dengan norma-norma dan hukum yang ada di dalam masyarakat.

            Dalam kehidupan masyarakat, semua tindakan manusia dibatasi oleh aturan (norma) untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan sesuatu yang dianggap baik oleh masyarakat. Namun demikian di tengah kehidupan masyarakat kadang-kadang masih kita jumpai tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan aturan (norma) yang berlaku pada masyarakat, misalnya seorang siswa menyontek pada saat ulangan, berbohong, mencuri, dan mengganggu siswa lain.

            Berikut ini beberapa definisi dari perilaku menyimpang yang dijelaskan oleh beberapa ahli sosiologi :

1. Menurut James Worker Van der Zaden. Penyimpangan sosial adalah
                perilaku yang oleh sejumlah besar orang dianggap sebagai hal yang
    tercela dan di luar batas toleransi.
2. Menurut Robert Muhamad Zaenal Lawang. Penyimpangan sosial adalah
    semua tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku
    dalam masyarakat dan menimbulkan usaha dari yang berwenang dalam
    sistem itu untuk memperbaiki perilaku menyimpang tersebut.
3. Menurut Paul Band Horton. Penyimpangan sosial adalah setiap perilaku
    yang dinyatakan sebagai pelanggaran terhadap norma-norma kelompok
               atau masyarakat.

            Penyimpangan terhadap norma-norma atau nilai-nilai masyarakat disebut deviasi (deviation), sedangkan pelaku atau individu yang melakukan penyimpangan disebut devian (deviant). Kebalikan dari perilaku menyimpang adalah perilaku yang tidak menyimpang yang sering disebut dengan konformitas. Konformitas adalah bentuk interaksi sosial yang di dalamnya seseorang berperilaku sesuai dengan harapan kelompok.


2. Ciri-ciri Perilaku Menyimpang
            Menurut Paul B. Horton perilaku menyimpang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

            a. Penyimpangan harus dapat didefinisikan. Perilaku dikatakan
    menyimpang atau tidak harus bisa dinilai berdasarkan kriteria tertentu
    dan diketahui penyebabnya.
            b. Penyimpangan bisa diterima bisa juga ditolak. Perilaku menyimpang
     tidak selamanya negatif, ada kalanya penyimpangan bisa diterima
     masyarakat, misalnya wanita karier. Adapun pembunuhan dan
     perampokan merupakan penyimpangan sosial yang ditolak masyarakat.
            c. Penyimpangan relatif dan penyimpangan mutlak. Semua orang pernah
    melakukan perilaku menyimpang, akan tetapi pada batas-batas tertentu
    yang bersifat relatif untuk semua orang. Dikatakan relatif karena
    perbedaannya hanya pada frekuensi dan kadar penyimpangan
d. Penyimpangan terhadap budaya nyata ataukah budaya ideal. Budaya
    ideal adalah segenap peraturan hukum yang berlaku dalam suatu  
    kelompok masyarakat.
e. Terdapat norma-norma penghindaran dalam penyimpangan. Norma
    penghindaran adalah pola perbuatan yang dilakukan orang untuk
    memenuhi keinginan mereka, tanpa harus menentang nilai-nilai tata
    kelakukan secara terbuka.
f. Penyimpangan sosial bersifat adaptif (menyesuaikan). Penyimpangan sosial tidak selamanya menjadi ancaman karena kadang-kadang dapat dianggap sebagai alat pemikiran stabilitas sosial.

3. Penyebab Terjadinya Perilaku Menyimpang
          Menurut Wilnes dalam bukunya Punishment and Reformation sebab-sebab penyimpangan/kejahatan dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut :
          a. Faktor subjektif adalah faktor yang berasal dari seseorang itu sendiri
               (sifat pembawaan yang dibawa sejak lahir).
          b. Faktor objektif adalah faktor yang berasal dari luar (lingkungan).
                Misalnya keadaan rumah tangga, seperti hubungan antara orang tua dan
                anak yang tidak serasi.

          Untuk lebih jelasnya, berikut diuraikan beberapa penyebab terjadinya penyimpangan seorang individu (faktor objektif), yaitu

          1. Ketidaksanggupan menyerap norma-norma kebudayaan. Seseorang
   yang tidak sanggup menyerap norma-norma kebudayaan ke dalam
   kepribadiannya, ia tidak dapat membedakan hal yang pantas dan tidak
   pantas. Keadaan itu terjadi akibat dari proses sosialisasi yang tidak
  sempurna, misalnya karena seseorang tumbuh dalam keluarga yang retak
  (broken home)
          2. Proses belajar yang menyimpang. Seseorang yang melakukan tindakan
    menyimpang karena seringnya membaca atau melihat tayangan tentang
    perilaku menyimpang. Hal itu merupakan bentuk perilaku menyimpang
    yang disebabkan karena proses belajar yang menyimpang.
          3. Ketegangan antara kebudayaan dan struktur sosial. Terjadinya
    ketegangan antara kebudayaan dan struktur sosial dapat mengakibatkan
    perilaku yang menyimpang. Hal itu terjadi jika dalam upaya mencapai
    suatu tujuan seseorang tidak memperoleh peluang, sehingga ia
    mengupayakan peluang itu sendiri, maka terjadilah perilaku
    menyimpang
.

4. Ikatan sosial yang berlainan. Setiap orang umumnya berhubungan
    dengan beberapa kelompok. Jika pergaulan itu mempunyai pola-pola
    perilaku yang menyimpang, maka kemungkinan ia juga akan
    mencontoh pola-pola perilaku menyimpang.
5. Akibat proses sosialisasi nilai-nilai sub-kebudayaan yang menyimpang.
    Seringnya media massa menampilkan berita atau tayangan tentang
    tindak kejahatan (perilaku menyimpang) menyebabkan anak secara
    tidak sengaja menganggap bahwa perilaku menyimpang tersebut
    sesuatu yang wajar.


4. Bentuk-Bentuk Perilaku Menyimpang

            Bentuk-bentuk perilaku menyimpang dapat dibedakan menjadi dua, sebagai berikut.

• Bentuk penyimpangan berdasarkan sifatnya dibedakan menjadi dua,
yaitu sebagai berikut.

1. Penyimpangan bersifat positif. Penyimpangan bersifat positif adalah
    penyimpangan yang mempunyai dampak positif ter-hadap sistem
    sosial karena mengandung unsur-unsur inovatif, kreatif, dan
    memperkaya    wawasan seseorang.
2. Penyimpangan bersifat negatif. Penyimpangan bersifat negatif adalah
    penyimpangan yang bertindak ke arah nilai-nilai sosial yang dianggap
    rendah dan selalu mengakibatkan hal yang buruk

         a. Penyimpangan primer (primary deviation). Penyimpangan
              primer adalah penyimpangan yang dilakukan seseorang yang
              hanya bersifat temporer dan tidak berulang-ulang.
b. Penyimpangan sekunder (secondary deviation). Penyimpangan
    sekunder adalah perilaku menyimpang yang nyata dan seringkali
    terjadi, sehingga berakibat cukup parah serta menganggu orang
    lain.


B. SIKAP ANTI SOSIAL

1.Definisi sikap anti sosial


            Anti-sosial adalah sikap yang sama sekali tidak fleksibel, dan setiap sikap anti-sosial menunjukkan ketidakmampuan untuk beradaptasi. Banyak contoh sikap yang mirip anti-sosial berkembang dengan maraknya. Di jalan raya, kemacetan terjadi di mana-mana. Penyebabnya tidak secara keseluruhan diakibatkan oleh jumlah kendaraan yang tak seimbang dengan panjang jalan, namun kemacetan yang terjadi lebih dikarenakan motivasi agresi manusianya yang tidak dapat dikendalikan.

2. Kepribadian anti sosial

            Satu hal yang bersifat para doksal dalam psikopatologi adalah bahwa beberapa orang yang mengalami sikap anti sosial secara intelektual adalah normal namun disegi lain memiliki kepribadian yang abnormal. Lama, kondisi paradoks ini sulit dijelaskan. Hal tersebut diterima tanpa adanya pertanyaan selain cukup dipahami bahwa adanya disintegrasi dari penyebab dan intelektual yang menghasilkan gangguan mental.

            Berdasarkan telaahan yang tersebut di atas, kepribadian antisosial setidaknya menunjukan 5 ciri kepribadian, yaitu :

            1. Ketidakmampuan belajar atau mengambil manfaat dari
 pengalaman.
2. Emosi bersifat superficial, tidak alami.
3. Irresponsibility/tidak bertanggungjawab.
4. Tidak memiliki hati nurani, tegaan.
5. Impulsiveness.

            Lebih jauh kepribadian antisosial seharusnya tidak dikaitkan dengan kategori diagnostik seperti retardasi mental, gangguan otak, psikosis, atao situasi maladjustment lainnya (Ziskind, 1973). Artinya saat kepribadian antisosial dijelaskan dalam istilah psikologis seperti itu, maka diagnosa tentang antisosial hanya dapat dilakukan bila kondisi-kondisi lain yang menyertai salah satu diagnostik tadi muncul didalamnya.
Pada dasarnya seorang yang memiliki kepribadian antisosial tidak mampu untuk bersikap hangat dan membina relasi interpersonal yang baik.. Pada saat pendapat atau sikap orang yang antisosial tidak diterima mereka dapat menjadi berbahaya dan mungkin akan melakukan kekerasan. Karena mereka tidak memiliki nurani, mereka mampu berperilaku ekstrim seperti agresif, brutal, atau tingkah laku lain yang menyakiti.

3.Pengaruh Media Dalam Sikap Anti Sosial

            Pada tahun 2005, majalah Playboy edisi Indonesia mulai terbit. Penerbitan majalah hiburan laki-laki ini mengakibatkan protes di kalangan tertentu masyarakat Indonesia. Banyak edisi majalah hiburan pria Indonesia seperti FHM, Popular, Lipstik terbit di Indonesia. Pernah marak juga di televisi (hampir semua televisi Indonesia menyiarkan program acara berbau “hantu”)
Kasus-kasus tersebut diatas sering digunakan untuk menuduh media menggunakan kekuatanya untuk mempengaruhi tingkah laku anti-sosial para pembaca dan penonton. Hal ini dapat memicu penonton untuk mengkritik dan menimbulkan kemarahan terhadap media.






4. Media dan tanggung jawab moral

            Karena media sangat tinggi jangkauannya dan sangat berpengaruh, untuk itu memakan waktu antara masyarakat dan posisi moral. Secara luas ada 3 kategori mengenai media dan tingkah laku anti social antara lain :

            1. Sikap anti sosial para praktisi yang berhubungan dalam kewajiban para
                professional.
            2. Tugas media hanya sebagai pelengkap terhadap tingkah laku anti sosial
            3. Konflik yang terjadi antara tanggung jawab professional dan tingkah
                laku anti sosial dalam kehidupan pribadi para praktisi media.

5. Sikap anti-sosial dan kewajiban media

            Praktisi media adalah sebagai penjaga dan jembatan antara media dan publik, untuk alasan tersebut mereka menghindari perintah untuk menyiarkan perilaku anti sosial di media. Bagaimana pun juga keadaan ini merupakan suatu kelemahan bagi para praktisi media terhadap moral dan hukum. Meskipun masih ada sedikit keraguan yang diharapkan , terkadang para audience mengirimkan pesan yang salah mengenai sikap anti sosial tersebut. Pertama-tama , kekerasan hukum menjadi bagian dalam tugas seorang reporter. Apabila seorang wartawan mencerminkan publik, seharusnya mereka lebih memperhatikan keinginan publiknya. Selain itu, apabila para pelaku kekerasan beranggapan bahwa hal itu adalah biasa, hal itu akan merusak tatanan hukum yang ada.


BABA III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN

 Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut:

            Perilaku menyimpang adalah perilaku yang tidak sesuai dengan norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Perilaku menyimpang dapat terjadi pada manusia muda, dewasa, atau tua baik laki-laki maupun perempuan. Perilaku menyimpang ini tidak mengenal pangkat atau jabatan dan tidak juga tidak mengenal waktu dan tempat.
            Anti-sosial adalah sikap yang sama sekali tidak fleksibel, dan setiap sikap anti-sosial menunjukkan ketidakmampuan untuk beradaptasi. Banyak contoh sikap yang mirip anti-sosial berkembang dengan maraknya. Di jalan raya, kemacetan terjadi di mana-mana. Penyebabnya tidak secara keseluruhan diakibatkan oleh jumlah kendaraan yang tak seimbang dengan panjang jalan, namun kemacetan yang terjadi lebih dikarenakan motivasi agresi manusianya yang tidak dapat dikendalikan.

B.     SARAN

Ada pun saran dari kami melalui makalah ini ialah:
Sebagai masyarakat yang hidup dikelilingi oleh hukum hendaknya kita lebih bisa bersadar diri tentang tindakan kita sehari-hari agar yang kita lakukan tidak berdampak buruk bagi lingkungan yang ada.

DAFTAR PUSTAKA
SUMBER BUKU :
Muin, Idianto. 2006. Sosiologi SMA/MA Untuk Kelas X. Jakarta. Erlangga
              Hamid Hasan, Said, Dkk. 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya Dan Karakter Bangsa. Jakarta. Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum Kementrian Pendidikan Nasional.
              Maryati, Kun dan Juju Suryawati.2007. Sosiologi 1 untuk SMA dan MA Kelas X. Jakarta. Exis

SUMBER INTERNET:

detakzaman.blogspot.com/2011/08/bab-v-perilaku-menyimpang-dan_24.html